Di Indonesia, kami masih mengandalkan mesin fotocopy untuk kegiatan kampus sehari-hari. Kami jarang membeli printer dengan kertasnya untuk dioptimalkan penggunaanya. Apabila ada kawan yang memiliki printer, paling tidak kehidupan kampus kami akan aman. Tapi, kalau pun tidak ada, kami akan datangi toko fotocopy. Dari sanalah judul film ini berasal.
Fokus ceritanya sendiri berkisar di permasalahan kampus dan kehidupan teater kampus. Dimana ternyata terdapat sinister tersembunyi di dalamnya. Yang pasti dari awal, rasanya penonton seperti di ajak bolak-balik, baik secara literal, pun dalam konotasi antar pikiran-realitas.
Saya suka warna abu-abu/biru yang digunakannya. Terasa berbeda karena lumayan banyak film Indonesia yang menggunakan nuansa distopia dengan warna-warna karat. Terkadang rasanya jadi silau dimata.
Selengkapnya...
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 24, 2022
- 0 Comments