- April 30, 2022
- 0 Comments
Di Indonesia, kami masih mengandalkan mesin fotocopy untuk kegiatan kampus sehari-hari. Kami jarang membeli printer dengan kertasnya untuk dioptimalkan penggunaanya. Apabila ada kawan yang memiliki printer, paling tidak kehidupan kampus kami akan aman. Tapi, kalau pun tidak ada, kami akan datangi toko fotocopy. Dari sanalah judul film ini berasal.
Fokus ceritanya sendiri berkisar di permasalahan kampus dan kehidupan teater kampus. Dimana ternyata terdapat sinister tersembunyi di dalamnya. Yang pasti dari awal, rasanya penonton seperti di ajak bolak-balik, baik secara literal, pun dalam konotasi antar pikiran-realitas.
Saya suka warna abu-abu/biru yang digunakannya. Terasa berbeda karena lumayan banyak film Indonesia yang menggunakan nuansa distopia dengan warna-warna karat. Terkadang rasanya jadi silau dimata.
Selengkapnya...
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 24, 2022
- 0 Comments
Akhirnya, sampai juga di hari dimana ada sebuah film yang sangat "utara", yang bisa dinikmati oleh semua orang. Kali ini gw akan membahas The Northman.
Dari sisi visual gw sangat menyukainya. Keberanian, rasa dendam, kebrutalan dan rasa ikhlas untuk menuju Valhalla, tergambarkan dengan sangat lugas. Pun kecantikan dan keindahannya.
Ini cerita dari utara. Ini cerita orang Viking. Dan segala kekuatan yang mereka miliki. Dan segala mistis spiritual yang mereka miliki.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 19, 2022
- 0 Comments
So belakangan ini Macbeth diangkat lagi dengan visual yang terlihat lebih "mudah" dalam The Tragedy of Macbeth. And sh*t... Denzel on it! Gw rasa gw gak perlu menceritakan dengan lengkap mengenai tragedi yang terkenal ini. I mean, this is Shakespeare. Basis cerita yang sangat kuat dimana semua orang (aktor) sudah pasti hapal dengan setiap baitnya, sehingga bagaimanapun sutradara menggarapnya, hasilnya bakal bagus-bagus saja. Pun dengan para pemainnya. Tapi, bukannya tanpa kendala. Gw rasa semua memiliki kendalanya masing-masing. Untuk versi Macbeth yang ini, saya malah ingin menyoroti sisi angle dan desain. Sebab, selain banyak melakukan shot secara indoor, hasil jadi filmnya pun monokrom. Bagaimana menjadikannya tetap menarik adalah sebuah semangat yang mereka bawa ketika menggarapnya.
Selengkapnya...
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 19, 2022
- 0 Comments
2020, tahun Corona. Visual menunjukan jalanan yang sepi dan toko-toko yang diharuskan tutup lebih cepat. Suasana gelap, sepi dan dingin (ditunjukan dengan baju panjang yang digunakan), bagai gambaran dari keadaan hati Sato.
Adegan pembuka berlatar tahun 2020, yang kemudian cerita membawa kita mundur. Pertama ke tahun 2015, lalu ke 2011, 2008, 2000, 1999, 1998, 1997, 1995. Sepanjang tahun-tahun tersebut terdapat momen-momen bahagia dalam kehidupan Sato. Lalu, kalau hidupnya bahagia, kenapa hatinya bisa berakhir seperti saat ini?
Epilog membawa kita kembali ke tahun 2020. Bagaimana dia berada di lokasi pada adegan pembuka. Apa yang dilakukannya kemudian. Dan apa yang ditemukannya kemudian setelah puluhan tahun berlalu di sudut-sudut kota itu.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 14, 2022
- 0 Comments
Film ini terlihat mudah. Latarnya mudah. Kegiatannya mudah. Dialognya mudah. Tapi sepanjang berjalannya waktu, ketidakmudahannya semakin terasa.
Cerita dibuka dengan kegiatan yang jaman sekarang banget. Video meeting. Kemudian dia berpindah mengikuti kegiatan Angela yang bekerja di perusahaan teknologi rintisan dari rumah.
Film ini mengangkat sebutan agorafobia, yang menurut gw kurang dibahas secara gamblang. Angela diceritakan tidak pernah keluar rumah. Namun, visualnya memberikan kesan berbeda ketika menceritakan Angela yang tiba-tiba harus commute ke kantor.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 14, 2022
- 0 Comments
Ini bukan film modern. Tapi bagaimanapun, seperti cerita lain mengenai dunia anak muda, film ini juga memiliki rasa eerie-nya sendiri. Dia berbeda karena semua aktornya tidak glamed-up. Dia juga berbeda karena penggunaan bahasa formal untuk berdialog. Mengecoh. Pemeran utama sebenarnya adalah wanita.
Secara konstan, saya terus mengumpat ketika menonton "anjxxx! kampung banget!", "najxs!". Semuanya. Nama-nama karakternya, tampilannya, latar lokasinya, situasinya, isi dialognya. Tapi menontonnya hingga akhir, berhasil membuat gw jadi salah satu fans dari film ini. Keren! Yang tadinya saya mengumpat, akhirnya saya malah mesem-mesem sendiri.
Diangkat dari novel, wujud film ini adalah semua hal yang dibutuhkan oleh mereka para jiwa absurd. Gw suka rasa "raw" yang disuguhkan. Dia terasa seperti gabungan tahu, tempe, kerupuk. Sederhana, familiar, kaya protein, penuh tekstur, dan mengenyangkan.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 10, 2022
- 0 Comments
Anak muda itu halu abis, penuh energi dan mudah terpengaruh.
Sebutlah ada seorang anak muda, tak lagi remaja, tapi masih meluap-luap dan butuh pelampiasan. Setiap orang yang bertemu muka dengannya menjadi objek pelampiasannya. Disini kita sengaja dibuat bertanya-tanya atas kelakuannya yang merusak itu. Yang pasti, dari perspektif "orang dewasa", kelakuan yang seperti itu dicap kekanak-kanakan.
Mengikuti cerita film ini, kita juga akan melihat bagaimana sebuah pengaruh kuat kemudian diadaptasi dan akhirnya berasimilasi. Melihatnya dari "sisi luar", bagi gw itu terasa mengagetkan dan menakutkan. Seperti tiba-tiba saklarnya nyala, padahal sebelumnya kita gak pernah menyadari akan adanya saklar tersebut.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 10, 2022
- 0 Comments
Sudah bosan dengan snob dan old money? Tunggu dulu, masih ada satu lagi. Sebab snob biasanya banyak gaya. Dan banyak gaya berbanding lurus dengan banyak cerita.
Setelah Kereta Orient sekarang giliran Kematian Di Sungai Nil. Kali ini menceritakan sebuah wedding honeymoon yang kemudian berubah menjadi banyak pembunuhan. Bagi saya film ini beautiful dan asik banget untuk diikuti hingga akhir.
Lalu, sebagai penonton yang tidak membaca bukunya, saya pun jadi ikutan nebak siapa pelakunya. Tebakan saya, dari awal, saya curiga sama Louise. Lalu, Jackie dengan dress merah-nya sudah pasti bukan pelakunya. Karena, masa iya dari awal sudah too obvious.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 03, 2022
- 0 Comments
Old Money dan segala "urusannya". Bruce Wayne dan segala sisi gelap dari keluarganya. Cerita masa lalu ortu Bruce menjadi sorotan penting yang cukup mengejutkan di film ini. Ada juga perubahan perspektif mengenai status Bruce yang yatim-piatu. Dimana Bruce masih hidup dengan lavish, anak yatim-piatu beneran membeberkan susahnya menjadi yatim-piatu yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, bagi saya, film The Batman kali ini terasa british—gloomy, tanpa kabut. Selain itu, citra kostum, aksesoris dan kendaraannya terasa fungsional. Sama sekali tidak terasa flexing.
Karakter Bruce-nya Reeves dibuat lebih "berdiskusi", limpahan dari film seperti Cosmopolis/Tenet. Sama seperti Bruce-nya Nolan yang sering membawa dua wanita, limpahan karakter dari film American Psycho.
- April 02, 2022
- 0 Comments
Dongeng lain mengenai old money dan orang luar yang mencoba masuk ke dalamnya.
Lewat pendekatan teatrikal dan feel yang terasa indie, film ini fokus memotret momen beberapa hari kumpul keluarga saat makan malam natal.
Film ini menceritakan mengenai relasi seorang ibu yang mendapati bahwa suaminya tidak cinta kepadanya, namun memiliki dua anak yang dia sayangi dan selalu ingin dia lindungi. Dilengkapi dengan rasa parnonya dengan keluarga suaminya. Sebab, meskipun perasaan suaminya yang tidak cinta itu adalah rahasia umum, keluarga suaminya tidak menginginkan adanya perceraian di antara mereka.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 01, 2022
- 0 Comments
Cucu kesayanganmu diculik dan kamu dimintai tebusan. Kebetulan kamu adalah seorang "self made billionaire in one generation". Kira-kira apakah kamu bakal memenuhi permintaan tebusan itu? Demi keluarga?
Lalu, bagaimana dengan orang yang menjadi korban penculikan tersebut.
Lalu, bagaimana dengan pandangan orang luar ketika melihat keluarga ini lebih dekat? Apakah sesuai dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya? Apakah menjadi semakin respect atau jadi tahu dan menemukan bahwa ternyata malah sampah.
Banyak aspek yang diceritakan melalui film ini. Apa yang dilakukan untuk bisa menjadi self made billionaire... Juga hal-hal yang timbul dan mengikutinya kemudian. Karena, ada sebuah situasi yang hanya akan dihadapi oleh keluarga kaya raya. Hal-hal yang kemudian menjadi alasan kenapa kalangan mereka pada akhirnya harus hidup di lingkungan yang tersendiri menyendiri dan keep it low.
Scene favorit saya adalah ketika Kakek memeluk lukisan barunya yang mahal, di rumahnya yang luas dan gelap. Impactful. Terasa "dingin" dan getir.
Anda membaca Anonum Indonesia
- Maret 28, 2022
- 0 Comments
House of Gucci adalah bagaimana sebuah legasi keluarga yang tidak dijaga dengan baik karena simply the complicated of family feud.
Openingnya merupakan momen puncak krusial yang kemudian dibuat tertahan, dan kita pun dibawa kembali ke masa lalu, titik dimana hal tersebut semua bermula.
Memiliki bisnis yang baik tidak serta merta kamu menjadi satu kasta dengan semua orang kaya di dunia. Sebagai Old money, Rodolfo cenderung menganggap rendahan orang berharta dengan bisnis rendahan seperti pemilik moda transportasi logistik terbesar, bisnis yang dimiliki oleh ayah Patrizia Reggiani. Dia tidak ingin Maurizio, anaknya, memiliki relasi dengan orang rendahan seperti itu. Namun, Maurizio malah nekad kabur, pergi dan tinggal dengan keluarga Reggiani. Hingga akhirnya mereka pun menikah.
Selengkapnya...
Anda membaca Anonum Indonesia
- Maret 22, 2022
- 0 Comments
Sejak gembar-gembor anti-hero, karakter noble di berbagai film bagai merekonstruksi kembali makna kasta yang mereka miliki. Ada yang "mengakuinya" sebagai turunan pembunuh, turunan pemburu, turunan pengkhianat dan kalau di film ini: turunan pelayan kerajaan.
Menceritakan tentang perang saudara yang terekskalasi secara lebay menjadi perang dunia-yang mana btw itu adalah sebuah realitas yang terjadi-The King's Man lebih menonjolkan aksi heroik Inggris dalam menghentikan perang.
Dengan twist villain utama yang tersembunyi rapih hingga akhir cerita, film ini menghibur dan entah bagaimana terasa "mengedukasi".
Anda membaca Anonum Indonesia
- Maret 18, 2022
- 0 Comments
Kembali ke dasar, ini adalah permulaan lagi dari jagad Resident Evil. Memang, untuk mereka yang sudah khatam dengan gimnya, karakter-karakter yang diceritakan pasti memberikan excitement tersendiri. Rasanya jadi bisa lebih kenal dan dekat dengan mereka. Leon, Jill dan Redfield's.
Sebelum versi film, saya memang terlebih dahulu menonton versi animasi. Namun, mendapatkan ada versi real live action-nya menjadikan dunianya terasa lebih mengesankan. Jelas. Lebih real. Maksudku, siapa sangka Leon yang keren itu memulai karirnya sebagai polisi cupu yang sering di ejek oleh senior-seniornya.
Yang menarik dari film-film bio-apocalypse, atau yang kemudian gak tau kenapa lebih banyak diejawantahkan jadi film zombie, itu karena bisa memvisualisasikan bagaimana sebuah wabah bisa menyebar. Serta, gimana manusia saat mendapatkan kenyataan gila tersebut.
Tapi secara keseluruhan, sejak film pertama Resident Evil tahun 2002 lalu, telah berhasil merubah kaitan kata Umbrella di kepala saya menjadi sebuah perusahaan farmasi egois, produsen wabah terbesar di universe. Sekarang, setiap kali ada yang mengatakan umbrella di depan saya, pikiran saya pun jadi pergi ke Umbrella Corp.
Anda membaca Anonum Indonesia
- Maret 14, 2022
- 0 Comments
Masa kini terasa suram! Mob bisa terjadi dimana saja, kapan saja. Makanya aktivitas di luar rumah bikin hati gak tenang. Apalagi kalau tiba-tiba terbawa-bawa jadi berurusan dengan Tokyo Manji, sebuah geng terkuat berpengikut banyak.
Tapi, bagaimana kalau di suatu pagi, kamu mendapati sebuah nama yang kamu kenal (mungkin mantan kekasih, atau bahkan keluarga), dibunuh oleh komplotan gangster. Itu yang terjadi dengan si pemeran utama. Dan entah gimana, dia bisa kembali masa lalu dan mengulang segala kejadian. Untuk mengubah titik-titik simpang agar realita masa depan menjadi lebih baik.
Lalu, mengingat ceritanya berasal dari adaptasi manga. Fix sih, gw jadi bakal baca manganya gara-gara nonton filmnya. Gw terpesona banget sama karakter Mickey (Miki). Btw, karena ini film untuk audience remaja SMA-young adult, di ending-nya masih kerasa banget sih kalau film ini tuh "pesan moral" bingit.
[AP Score]
100% pecinta gangster
0% pecinta gore
0% pecinta drama romance
100% pecinta gangster
0% pecinta gore
0% pecinta drama romance
Anda membaca Anonum Indonesia
- Februari 25, 2022
- 0 Comments
Biarkan saya kembali membahas Bad And Crazy. Sebuah serial yang feel action-nya entah bagaimana bisa mengingatkan saya pada Gang. Hal itu kemudian membawa saya kembali ke film action silam berjudul Crows Zero. Saya ingin membagi film ini pada semua anak muda.
Dan kalau kamu katakan yang ngegang itu cuma anak-anak labil dimana para guru kemudian sibuk memberikan petuah "jangan ngegang". Percayalah bahwa para guru yang berlagak menasihati itupun juga ngegang. Dan ngegang juga akan terus ditemukan dan dilakukan hingga umur kita berhenti.
Sehingga kemudian, melarang tontonan yang dianggap "brutal", "kekerasan", "berdampak buruk" seperti Crows Zero adalah sebuah komedi level S3 Hrvrd dari para gangster. Tapi, back to our sense, kekerasan dalam balutan "action", cenderung akan lebih lolos dibandingkan erotisme dalam balutan "romance". Tanya Kenapa.
Anda membaca Anonum Indonesia
- Februari 23, 2022
- 0 Comments
Awalnya, gw kira film ini penuh metafora. Tapi ketika di akhir cerita ternyata bukan metafora. Meskipun, secara keseluruhan isi ceritanya bisa dikatakan adalah sebuah metafora. Eh tapi, sepanjang cerita juga disisipi komedi yang ala Jepang banget. Buat yang "tau" pasti tau. I mean, coba lihat aja posternya dengan seksama.
Yang pasti, karena ini film Jepang, banyak sekali gimmick ala anime yang gw suka. Herannya, kenapa ketika hal tersebut dibawakan secara real action, kok ya masih terasa ok ok saja.
Buat gw, twist film ini terasa menarik dan gak di sangka-sangka. Twist-nya lebih ke arah heroik sih. Lebih ke arah Garden daripada Hell. Unyu heroik quirky gitu. Ah... Jadi sebenernya ini film heroik apa komedi apa artsy-artsy gitu sih? Yah pokoknya coba tonton Hell's Garden aja deh. Buat gw, film ini menghibur banget.
[AP Score]
100% kalo kamu wece ngantoran yang butuh hiburan
10% kalo kamu cwo2 yang suka ngeliat wece saling beranteman
Anda membaca Anonum Indonesia
- Februari 22, 2022
- 0 Comments
Sebelum menonton film ini, saya tidak pernah melihat bahwa marching bersama naik kuda bisa terlihat begitu seksi.
Pernah saya dapatkan sekali ketika menonton Marlina naik kuda. Hanya saja itu kurang menyorot pada sisi seksinya, hanya menyorot pada sisi keberdayaan, head-up, standing-up.
Btw, saya tidak begitu mengenal nama-nama kru di balik layarnya kecuali Shawn Carter. Tapi dari hasil crafting eksekusinya, sangat terasa sekali bahwa mereka sudah lama berlalu-lalang dalam urusan perfilman. Banyak banget shot yang secara teknis dan estetis sangat saya sukai. Worth for your time.
Lainnya, saya sangat suka semua pengisi soundtracknya. Oh my god! Sangat gw rekomendasikan. Such a rare occasion untuk bisa mendapati mereka semua di dalam satu proyek. Dan favorit saya adalah nomor yang dibawakan oleh ... Damn! Semuanya favorit. I can't choose.
Anda membaca Anonum Indonesia
- November 27, 2021
- 0 Comments
Mari kita buka session ini dengan film spionase terkenal ini.
Jujur sebenarnya pada awalnya saya sangat tidak menyukai double O seven, karena terlalu womanizer dan yah actually action-nya lumayan gitu-gitu aja. Tapi disitulah tantangannya. Sebab, adegan action itu apa sih? Paling hanya man-o-man, gun shoot, high ground fights, car/motor racing. Then, bagaimana menjadikannya tetap menarik dan mendebarkan untuk yang menontonnya.
Dan 007: No Time To Die sungguh berhasil membuat jantung saya tetap berdebar dan merasa excited hingga akhir. Adegan James loncat dari jembatan dengan tali. Damn! Adegan James naik motor dan nanjak via dinding vertikal dan kemudian lambung beberapa detik di udara. Damn! They still got their grip on it. Kami suka dengan film 007 seri ini.
And one thing, pemegang kode 007 yang baru, seksi banget. Sumpah!
Anda membaca Anonum Indonesia
- November 20, 2021
- 0 Comments