Penggambaran Anak Ajaib Sebagai Manusia Biasa Dengan Masalah Hidup Yang Riil

Januari 29, 2021

Seorang cewek, Uta Naruse, berusia 13 tahun, sedang berjalan di kawasan pertokoan. Di sana Uta mendengar nada piano yang menurutnya sumbang. Uta mencari asal suara tersebut, dari lantai dua sebuah ruko kelontong sayur dan buah. Uta pun masuk begitu saja ke dalam ruko terebut, langsung ke lantai dua. Sontak, kedua orang yang sedang berantem di depan ruko kelontong tersebut pun hening seketika. 

--- 

Menjadi tantangan tersendiri bagi pembuat-film untuk bisa memvisualisasikan seorang anak, seorang jenius dan seorang manusia. Ketiganya berhasil digarap dengan indah-artistic di film Shindô (神童), yang secara literal diartikan Wonder Child atau Prodigy. 


Film ini dirilis tahun 2007. Disutradai oleh Koji Hagiuda berdasarkan sebuah manga (istilah Jepang untuk buku komik) yang dibuat oleh Akira Sasō. Pemeran utamanya memang seorang anak cewek. Namun, siapa sangka target manga ini adalah anak muda, lelaki (seinen manga).  


Bagaimana cara pencerita membuat sosok Uta, menarik buat digali lebih dalam. Sebagai anak, Uta bebas/lepas. Sebagai jenius, Uta tajam. Sebagai manusia, Uta terkesan arogan, karena sifat tajam dan bebasnya itu. 

Maksudnya, bagamana kalau kau berumur 19 tahun, sedang asik berlatih piano, tiba-tiba muncul anak cewek berusia 13 tahun tak dikenal dihadapanmu, dan kemudian langsung berteriak padamu. "Kau bermain piano dengan sungguh jelek".

Atau ketika orang yang kau suka, seumuranmu, berhasil mendapatkan beasiswa belajar piano di Inggris, dicemooh oleh Uta bahwa orangcewek itu bermain piano dengan buruk, di tengah orang-orang yang datang ke  mini showcase-nya.

Hal itu, semena-mena Uta lakukan karena sebagai anak dan sebagai jenius, Uta akan berusaha bebas dan jujur memberikan penilaian atas sebuah piano play yang iacewek lihat dan dengar sesuai perspective-nya, yang setahu Uta, lagu tersebut bisa dimainkan dengan lebih indah dan tepat.

Padahal tujuannya melakukan itu semua adalah Uta hanya ingin orang lain bermain dengan tepat. Namun, orang awam tidak bisa menganggapnya begitu. Orang awam melihatnyacewek sebagai seorang yang kepalanya panasan. 

Tapi, dengan kepolosannya juga, Uta mau mengajari Wao Kikuna bermain piano dengan lebih baik dan lebih tepat. Membuatnya lulus tes uji dan mengantarkannya menjadi murid di konservatorium sehingga bisa mempelajari piano lebih mendalam dan mengubah hidupnya. Iacewek mau begitu saja menolong orang lain mencapai tujuannya.

Meski, di balik semua yang dilakukannya, Uta memiliki masalah pribadinya sendiri. Ada sebuah perjalanan jiwa yang juga sedang ia lakukan. 

Bagaiman si aktor memainkan karakter Uta Naruse sangat menarik. Setiap arah pandangnya selalu berhasil memvisualkan apa yang ada di pikirannya. Bagi saya, ini suatu hal yang jarang saya temui di film manapun. Bukan sekali-dua kali, namun setiap kali ia melakukannya, saya selalu berhasil menangkap maksudnya. Ini menunjukan bahwa si aktor memiliki gesture yang menakjubkan, disamping arahan sutradara tentunya. 

Sebagaimana film-film artistik dari Jepang lainnya, film ini cenderung bertempo lambat. Namun, segala kegiatan dengan perpindahannya yang apik, bikin nonton film ini tak terasa lama. 

Bagi pecinta cerita hidup yang sentimentil, film ini sangat direkomendasikan. Bagi kamu yang mau melihat banyak referensi musik/piano klasik. Film ini tidak direkomendasikan, karena ini adalah sebuah film yang tidak terlalu menitikberatkan pengadegan pada musik klasiknya. Serta, ini bukan film musikal. Ini film drama.

Sebagai tambahan, di Indonesia sendiri belum banyak film-film yang memvisualisasikan jenius dengan sangat manusiawi seperti yang dilakukan film ini. Bahkan di dunia. Sehingga, disitulah letak sisi rekomendasi palin utama tentang film ini. 



SKOR

⍟⍟⍟⍟⍟⍟⍟⍟ ⋆ ⋆



Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.