Noir Romantis, Premis Sederhana, Penuh Intrik Terkait Gadis Misterius Di Flinch

Februari 23, 2021


Bagimana kalau Stockholm Syndrome, dibalik? Begitulah kira-kira premis yang ingin dijabarkan dalam film ini. Ini juga merupakan film yang membuat saya ingin bertepuk tangan ketika credit title-nya muncul. Mind-blowing

Judulnya cukup sederhana. Yang kalau di lokalkan, memiliki makna yang sama dengan kata gentar. Tagline-nya menjadi punchline cukup yang apik. Menohok. The Girl Who Didn't FLINCH. 

Secara sekilas dari melihat poster dan mengaitkannnya dengan judul, yang saya fikirkan kemudian adalah sebuah operasi gelap yang tiba-tiba melibatkan seorang cewek yang tak gentar. Lagipula, latar hitam dengan border merah yang mengelupas, memberika kesan vintage dan rahasia. Sehingga, saya memutuskan untuk menontonnya. 

Yang saya suka, film ini memiliki assembly karakter yang menarik. Bukan saja semuanya bersinar. Namun, mengingat ini film US, ini adalah film dengan semua karakter minoritas. Sebut saja, Latino, kulit hitam, dan Eropa. Menyadari hal tersebut, saya merasa suka cita. Semoga, ke depannya, semakin banyak project-project seperti ini yang dapat terwujud. 

Penceritaan, bergaya noir di awal mula, namun menjadi drama-aksi di akhir. Tapi, secara keseluruhan, sebenarnya ini adalah sebuah film tragedi romantis. Perlu juga di garis bawahi, banyak adegan yang dilakukan di ranjang. 

Selain dari sisi penceritaan dan pengadegan, dualisme juga terjadi pada karakter utama, Joey Doyle. Seorang anak latin Amerika, yang taat beribadah dan keukeuh hidup dengan prinsip baiknya. 

Joey bekerja di sebuah tempat latihan tembak. Meski demikian, Joey memiliki pekerjaan yang lain yang mau-tak-mau ia lakukan demi membayar hutang Bapaknya. 

Joey tinggal dengan ibunya. 

Suatu ketika, saat mengerjakan pekerjaan keduanya, dia bertemu seorang gadis yang menurut prinsip hidup baiknya itu, tidak bersalah dan ia pun membawa gadis itu pulang ke rumahnya. 

Mengetahui hal itu, ibunya ngamuk-ngamuk tidak setuju dan mengancam-ancam Joey. Meski demikian, Joey bersikeras menenangkan ibunya. Membuatnya percaya bahwa tidak akan terjadi hal buruk dengan membawanya pulang ke rumah. 

Kebanyakan adegan film ini dilakukan di rumah Joey Doyle. Sedikit terasa membosankan ketika menontonnya. Tapi, ada beberapa pengadegan menarik yang memotret Cathy Moriarty, si pemeran ibu. 

Beberapa shot-nya terasa ikonik. Seperti ketika adegan hanya menampilkan kepala si Ibu dengan latar gelap. Hanya kepala saja. Berbicara. Dengan suaranya yang serak. Berdoa. Kemudian gelap. Ah, keren banget. 

Entah kenapa saya jadi teringat sosok Jennifer Jill di Indonesia. Vibesnya mirip-mirip. Terkadang ia galak. Namun, terkadang penonton menyadari bahwa, dia hanyalah ibu singa yang pasti akan melakukan apapun yang ia bisa lakukan demi menjaga anaknya tetap aman. 

Secara keseluruhan, film ini adalah film yang sederhana. Konfliknya tidak ribet. Plotnya mudah dicerna. Tapi tidak mudah ditebak. 

Joey Doyle dengan kelakuannya yang lugu dan tulus pada Mia Rose, si gadis yang tak gentar, berhasil membuat saya senyum-senyum sendiri ketika menontonnya. 

Dan Mia Rose juga menjadi sosok dibalik terjadinya plot-twist dan anti klimaks. Tepat ketika saya menyangka bahwa semuanya baik-baik saja, konflik meningkat karena Mia Rose yang "dianggap" tiba-tiba hilang begitu saja. 

Orang-orang tidak mengetahui bahwa Mia Rose di bawa pulang oleh Joey Doyle. Bahkan, Joey Doyle pun sampai kena ancaman keras karenanya. Dari sini, penonton akan mendapatkan puzzle terakhir. Tentang siapa sebenarnya sosok Mia Rose dan bagaimana akhirnya dia bisa terlibat dalam urusan yang pelik tersebut. 

Film ini mendapatkan rating 5,5 di salah satu situs data film. Namun, ketika menontonnya sampai habis, saya buru-buru mengesampingkan rating rendah tersebut. Saya menyukainya. Dan bagi saya, film ini patut mendapatkan rating 7. Apakah kamu ikut setuju? 



SKOR

⍟⍟⍟⍟⍟⍟⍟ ⋆ ⋆ ⋆



Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.