Pesona Metafora Gelap ala Jepang di Alice in Borderland

Januari 07, 2021


Kehilangan teman bisa bikin depresi. Gak percaya. Coba ikutin drama Jepang ini.

Ketika muda, yang kita punya hanyalah teman. Apalagi untuk lelaki, brotherhood amat sangat membuat hati nyaman. Seperti Arisu, yang sedang suntuk karena tekanan ayah dan kakaknya yang menginginkan dia lebih tekun dalam hidup. Agar lebih terlihat berusaha. Namun, Arisu cenderung mengabaikan mereka hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah.

Dia menghubungi kedua sahabatnya Chota dan Karube untuk ketemuan. Relasi hangat dan kedekatan diantara mereka berhasil digambarkan dengan brilian melalui kalimat-kalimat yang terlontar dari pesan pendek lewat handphone.

Mereka bertiga pun akhirnya janjian dan bertemu di Shibuya siang hari. Penuh orang dan sangat ramai. Mereka melakukan sesuatu yang tiba-tiba terjadi sebuah tabrakan dan terdengar sirene polisi. Mereka pun berlarian dengan ceria kabur dari polisi ke sebuah toilet yang masih terletak di kawasan Shibuya. 

Hingga tiba-tiba seperti ada sebuah letupan, yang mengakibatkan listrik padam dan suara menjadi hening. Mereka bertiga masih ketawa-ketawa di dalam toilet. 

Tak berapa lama, mereka pun keluar toilet dan voila... dunia berubah. 

Kawasan Shibuya yang tadinya penuh sesak menjadi hampa. Mereka bertiga pun terheran-heran karena tidak bertemu manusia lain. Mereka mencoba untuk kembali ke tempat masing-masing pun sama saja. Seharian mereka tidak bertemu siapapun. 

Hingga malam tiba. Mereka pun masih duduk-duduk di tengah persimpangan Shibuya sambil teriak-teriak dan tertawa. 

Salah satu layar tiba-tiba menyala dan menginformasikan arena terdekat. Di sanalah secara perlahan mereka mulai menyadari realita yang terjadi. Termasuk Arisu yang kemudian jadi kehilangan kedua sahabatnya.


---

Alice in Borderline merupakan salah satu drama yang penuh dengan metafora. Di masa pandemik seperti ini, ibaratnya kita masuk ke toilet (ruang pribadi kita) dan dunia secara harafiah memang berubah menjadi lebih sepi.

Dunia menjadi kelam. Yang mana apabila itu ditawarkan pada saya, akan cenderung saya tolak. Dan oleh karena itu terjadi di Jepang, drama ini pun sukses menghilangkan rasa ingin saya untuk berkunjung ke Jepang.

Sebab, di drama ini, seluruh area Jepang adalah area tarung game. Arisu akan memainkan beragam permainan uji ketahanan hidup yang jenisnya dibagi sesuai dengan jenis kartu remi: Sekop (Spade), Daun (Clover), Wajik (Diamond), dan Hati (Heart). Tingkat kesulitannya pun berdasarkan angka yang tertera di kartu tersebut dmulai dengan kartu As sebagai tingkatan yang paling mudah.

Jenis permainan yang ditemui pun, metafora atas kondisi survival yang memang sedang kita alami saat ini. Pemenangnyalah yang akan bisa terus hidup.

Drama ini sendiri terdiri dari 8 episode. Bocorannya sih, akan ada season ke-2. Karena memang, endingnya masih terasa menggantung. Dan dari sisi cerita, masih sangat leluasa untuk dikembangkan. 

Namun, apabila memang tidak berlanjut pun terasa cukup. Toh, manusia memang selalu bermain game setiap hari. Pergi ke area baru, mengumpulkan poin, mengalahkan lawan dan menang bersama-sama.






REVIEW 


||||||||{{


Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia
#KeepUsUp melalui Sprinkle

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.