Kejujuran Di Why Don't You Just Die!

November 10, 2020

Dibuka dengan gambar seorang lelaki yang membawa palu. Berdiri di depan pintu. Sepertinya dia ingin melakukan sesuatu. Tapi ada keraguan karena dia tidak langsung masuk ke dalam pintu tersebut. 

Dia pun memutuskan untuk masuk, namun sebelumnya dia berdoa dulu. "Semoga kejahatan tidak menyentuhnya". Dia pun mengetuk pintu. Dan dimulailah film ini. 

Film ini hanya berlokasi di sebuah apartemen/tempat tinggal yang sempit. Bagaimana film maker-nya membuat situasi di lokasi yang terbatas patut diacungi jempol. 

Pasalnya, tidak banyak yang bisa dilakukan. Ketika pintu dibuka hanya ada ruang lowong dengan sebuah meja makan kecil. Hanya muat untuk 3 orang. Lalu, dapur, kamar mandi dan dua kamar tidur. Untuk orang tua dan anaknya. 

Warna dari film ini sangat vivid. Dan semua adegan dilakukan dengan tegas. Terlihat. Tidak ditutup-tutupi. Saran kami, jangan menontonnya sambil makan. 

Awalnya kami kira film ini akan menjadi sebuah film heroik dan itu berkutat pada sosok lelaki di awal tadi. Namun, relasi semua karakternya diceritakan dengan pas. Pun semua karakternya terasa kuat. Termasuk si Ibu yang terus menerus digambarkan sebagai sosok yang nihil. 

Motivasi akan sebuah rahasia dan perbuatan manipulatif menjadi bahasan yang menarik. Dengan kondisi yang tepat, tidak ada yang bisa mengelak, sebab tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan. 

Meski seolah-olah ceritanya kemana-mana, namun ruang lingkupnya minim. Seperti foto di posternya. Mayoritas penceritaan berpusat pada si Bapak. Dia sosok yang mengkoneksikan segala sebab-akibat yang terjadi. 


Dialog-dialognyanya patut diikuti. Sebagai penonton yang jarang bertemu dengan film Rusia, kami mendapatkan beberapa hal menarik yang diluar kebiasaan. Hal baru terasa menyegarkan. 

Beberapa kali terdapat sisipan adegan tanpa dialog. Dimana pemain melakukan acting-nya hanya dengan gestur dan mimik. Hal tersebut kami anggap brilian. Sangat cerdas.
Hal tersebut sangat manusiawi dan berelasi dengan semua orang. Sebab kita pasti pernah melakukan sesuatu sendiri untuk sebuah tujuan tertentu atas alasan tertentu. 

Semisal obat nenek kita habis, tapi kita baru saja pulang dari sebuah kegiatan, tapi mau-tak-mau harus pergi lagi sebab nenek harus meminum obatnya. Semacam, ada berbagai buncahan emosi. Hanya saja tidak terucap. Tapi, berdampak pada perubahan mimik dan gestur kita saja. 

Bagi kami, endingnya menyebalkan. Kami jadi kembali menelusuri lagi, kenapa jadi seperti ini. Apakah bisa tidak begini. Apakah semua orang Rusia seperti ini. Ini hanya sebuah film kan ya? 

Sebuah film keluarga dengan gaya baru. Ekspresif dan jujur. Mungkin betul apabila bisa melakukannya, orang akan melakukan hal-hal gila, hanya saja dalam realitas, atas nama moral, tidak mungkin hal-hal tersebut dilakukan.


Review

|||||||{{{


Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia
#KeepUsUp melalui Sprinkle

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.