The New Mutant Sedang Dalam Perjalanan Ke Kotamu
Oktober 26, 2020
    Jenis baru, era baru untuk generasi baru. 
  
  
    Film The New Mutant merupakan salah satu franchise film X-Men yang
      memberikan pengalaman berbeda. Sebab, film X-Men di awal-awal yang lebih
      menonjolkan sisi heroik para mutan, jelas melewatkan banyak sisi
      manusiawinya. 
  
  
    Ini film mutan dengan rasa yang berbeda. Film ini masih memfokuskan
      penceritaan pada pengenalan tokoh-tokoh baru. Masih berkutat pada keadaan
      internal. Belum ada antagonis universal yang harus dilawan. Antagonis yang
      membahayakan dunia dan masyarakat awam. Tapi, tetap patut untuk
      mendapatkan kesempatan tampil dan memberikan pemahaman lebih akan kondisi
      para mutan. 
  
  
    Seperti semua hal luar biasa lain yang eksis di dunia ini. Mutan juga
      memiliki dua mata pisau. Entah bagaimana, proses berpikir dan daya kritis
      juga termasuk di dalam pembentukan karakter para mutan
      tersebut. 
  
  
    Sehingga satu kata yang bisa saya berikan untuk menyimpulkan film ini
      adalah pemalsuan. Atau Ketidaktahuan. Yang mana yang lebih berelasi,
      silahkan Anda tonton film ini dan pilih sendiri. 
  
  
    Cerita dimulai dengan suara narasi seorang anak perempuan yang memberikan
      pemahaman atas dua mata pisau menurut pemahamannya. 
  
  
    Dia tiba-tiba dibangunkan oleh Ayahnya untuk lari dari suatu hal yang
      terasa berbahaya. Hal ini membuat saya sadar. Bahwa manusia, dengan
      nalurinya/dengan perasaaanya, atau saya lebih suka menyebutnya, dengan
      insting binatangnya, bisa dengan cepat dan tepat menyadari apa itu ‘hal
      yang berbahaya’ bagi dirinya. Sehingga langsung bisa terbentuk mekanisme
      pertahanan. Menghadapi atau melarikan diri. 
  
  
    Mereka berdua pun lari dan mencari tempat bersembunyi. Merasa Dani, anak
      ceweknya sudah aman, sang ayah, ingin membantu orang lain untuk juga lari
      dan bersembunyi. Namun, hal naas pun terjadi. Sang Ayah terpental jauh dan
      jatuh dan meninggal seketika. 
  
  
    Dani pun mengalami trauma dan pingsan. Begitu membuka mata, Dani sudah
      berada di lokasi lain. dengan keadaan yang lebih tenang dan damai.
      Hampir-hampir membuat kejadian sebelumnya terasa bagaikan mimpi.
      Sepertinya tidak terjadi. 
  
  
    Ada seorang dokter yang menjelaskan keadaan  ini. Dokter menyatakan
      bahwa dia adalah mutan. Pada awalnya Dani tidak percaya. Maksudnya,
      bagaimana bisa dia adalah seorang mutan. Sebab, tidak ada hal aneh yang
      terjadi padanya. 
  
  
    Maksudnya lagi, kalau kita bandingkan dengan dilm X-Men, para mutan jelas
      lebih “terlihat”. Bisa mengeluarkan api. Bisa mengeluarkan es. Bisa
      menghilang. Bisa mengontrol udara. Begitu seterusnya.
  
  
    Dokter menjelaskan bahwa hal tersebut kerap terjadi. Seorang anak bisa
      hidup normal hingga belasan tahun sebelum kekuatannya benar-benar muncul
      dan bisa dipergunakan. 
  
  
    Tapi Dani tidak ingin hidup di tempat dokter tersebut. Dani ingin pulang
      meskipun sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang menunggunya di
      rumah. 
  
  
    Dokter meyakinkannya lagi bahwa, setiap mutan berbahaya. Bukan untuk
      orang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Para X-Men yang hebat pun juga
      demikian. Ada masanya ketika mereka masih remaja dan labil dan belum bisa
      mengontrol kekuatan mutannya dengan kekuatan penuh. Sehingga hal tersebut,
      jelas berbahaya dan membutuhkan bimbingan lebih lanjut. Dani pun mulai
      mempercayai dokter itu. 
  
  
    Begitulah cerita bergulir yang membuat saya kemudian berfikir dan
      membandingkan. Sebelumnya, saya juga sempat mereview film The Witch The
      Subversion. Bersamaan dengan film ini, saya pun bisa mengkategorikan kedua
      film ini sebagai film remaja. Namun, ini pertanyaan menarik yang ingin
      saya utarakan. 
  
  
    Apakah remaja di tahun 2020, segelap ini? 

0 komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.