Selesailah Sudah Episode Dari Drama When I Was The Most Beautiful (내가 가장 예뻤을때)

Oktober 19, 2020

Melegakan. 

Merupakan satu kata yang menurut saya menyimpulkan cerita drama ini. 

Seorang wanita, bernama Oh Ye Ji, pergi menjadi guru magang di mata pelajaran seni rupa, di sebuah sekolah SMA, di daerah Yangpyeong. Di sana, ia bertemu dengan seorang murid bernama Seo Hwan yang mengagumi kecantikan parasnya. 

Ye Ji mendengar kabar, bahwa ada workshop tembikar di daerah dekat sekolah dan mencoba untuk mengunjungi tempat tersebut. Ternyata workshop tersebut merupakan rumah Seo Hwan dan dikelola oleh Seo Sung-gon, ayah Seo Hwan. 

Diceritakan bahwa Seo Sung-gon adalah pengrajin tembikar yang terkenal. Sehingga, selain menjadi guru magang di sekolah, Ye Ji pun juga ingin sekalian belajar, berguru kepada ayah Seo Hwan. 

Ketika sedang melihat-lihat hasil karya Seo Sung-gon di ruang workshop, Ye Ji tidak sengaja bertemu dengan Seo Jin, kakak Seo Hwan. 

Seo Jin yang jauh lebih dewasa daripada Seo Hwan, begitu saja terang-terangan meminta Ye Ji untuk menikah dengannya. Meskipun ia tahu bahwa Seo Hwan juga menyukai Ye Ji.

Ye Ji yang sejak kecil di asuh oleh bibinya yang tukang bully, merasa ingin keluar dari lingkaran tersebut dan mencari keluarga dan cinta baru yang dia harap bisa membahagiakan dirinya. Ye Ji ditinggal oleh ibunya sejak kecil tanpa ada alasan yang jelas.

Konflik pun berdatangan satu per satu yang menyebabkan Ye Ji harus tegar dan membuat keputusan penting demi kebahagiaan hidupnya.

Tema cerita dari drama ini, berputar pada pencarian cinta dan keluarga. 
Dari sisi lain ada pula cerita mengenai bertahan pada cinta yang tidak terbalas.
Adapula relasi dewasa dimana harus bertahan dan mau-tidak-mau bertanggung jawab melakukan perannya demi keutuhan keluarga.

Sementara dari pengambilan gambar, drama ini banyak mengingatkan saya dengan still motion yang sering digunakan di film-film Perancis. Seperti menunjukan ada sebuah ke-witty-an yang terjadi. Selain itu, mayoritas gambar memiliki warna-warna earthy yang bikin mata adem. 


Jangan nonton drama ini kalau kamu tidak terlalu menyukai hal-hal yang terlalu terbawa perasaan. Banyak dialog sakit hati dan marah-marah macam pertengkaran suami istri yang selalu bertanya menggunakan kata kenapa. Kenapa begini. Kenapa begitu. Kenapa gak begini. Kenapa gak begitu.

Meski demikian, ada juga penggambaran atas kata “ketulusan” yang tepat di dalamnya. Tanpa kamu bilang bahwa kamu tulus, kamu baik, kamu memperhatikan, kamu berempati. Kita yang nonton, sangat bisa merasakannya.

Acting para pemain sangat meyakinkan. Cara Kim Ji Soo membawa perannya benar-benar patut diacungi jempol. Saya yang hanya menontonya saja merasa lelah, apalagi si pemain yang harus sedemikian rupa mengolah dan menampilkan emosinya seperti itu. Juga apabila ketika ada terjadi NG (baca: En Ji) atau pengulangan adegan yang dilakukan beberapa kali. Sungguh sangat tak terbayangkan seperti apa lelahnya.

Im Soo Hyang, sebagai pemeran Ye Ji benar-benar mempesona. Dia bisa begitu cantik dan fragile. Tapi juga bisa terlihat muak dan tegas. Sama. Tiap kali dia muncul, akan ada air mata yang berurai darinya. Saya rasa, mungkin, ini juga salah satu peran paling sulit yang dilakukan olehnya. Dia protagonis yang baik. Saya tidak menyangka. Sebab, selama ini kebanyakan perannya berada di genre komedi romantis, bukan drama romantis yang benar-benar drama melelahkan seperti ini. Disini, dia luar biasa.

Selain itu, scoring-nya juga sulit. Sering sekali terdengar suara orkestra yang melatari suatu adegan, bagi saya itu menambah keindahan artistik dari gambar yang ditampilkan. Sebab, biasanya saya hanya mendengar melodi dari sebuah lagu pop atau lagu balad. Ini merupakan suatu hal yang baru saya temui. 

Secara keseluruhan, bagi saya, project ini merupakan project dengan kerja sama yang baik. Juga, belakangan ini banyak cerita dimana lelakinya menyukai seseorang yang berusia jauh lebih muda. Disini, saya merasa kembali merasakan budaya Korea seperti yang pertama kali saya ketahui. Lelakinya jatuh cinta sedemikian rupa pada Nunanya.

Review

||||||||{{


Anda telah membaca artikel dari Anonum Indonesia.

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.