Para Makhluk Negeri Dongeng Di Rumah Artemis Fowl
Maret 05, 2021Anak anak, petualangan dan makhluk fantasi. Ketiga kata kunci itu menjadikan Artemis Fowl menjadi tontonan anak-anak yang cukup memikat. Sebab, belum ada lagi cerita yang bisa menyatukan anak-anak di seluruh dunia serta bersamaan dengan itu, bisa tumbuh dewasa bersamaan para fansnya.
Dalam penceritaan juga terdapat isu menarik yang kurang lebih akan relate dengan banyak anak-anak di Amerika–atau bahkan seluruh dunia. Sosok Bapak yang menghilang.
Sebagaimana dimulainya sebuah kisah dongeng. Kisah ini dimulai dengan narasi yang dilakukan oleh sosok lelaki dengan tampilan yang mengingatkan kita pada Hagrid, penjaga sekolah Hogwards. Katanya, dia bernama Mulch Diggums.
Visual menggunakan tone hitam putih. Mulch duduk di sebuah ruangan kosong, dimana sepertinya dia sedang diinterogasi. Dari situ dia memperkenalkan Artemis Fowl pada penonton.
Artemis atau Arty, seorang anak lelaki yang berprestasi. Dia tinggal hanya bersama Bapaknya saja. Ibunya sudah meninggal.
Arty juga anak yang aktif, secara fisik maupun mental. Bapak sering mengajaknya jalan-jalan 'nge-date' berdua sekedar 'mencari udara segar' cukup hanya dengan berkeliling di lingkungan sekitar rumah mereka. Relasi baik Arty dengan Bapak, tergambarkan dengan indah dan layak.
Bapak sering mengajarkan Arty berbagai jenis makhluk dari negeri dongeng. Kelebihan dan kekurangannya. Serta sering ngetes Arty dengan beberapa pertanyaan trivia yang berkenaan dengan mereka.
Kemudian narasi menceritakan mengenai keberadaan gamblang para makhluk fantasi alias makhluk peri. Mereka hidup terpisah dari dunia manusia. Makhluk peri terdiri dari banyak jenis. Ada goblin, dwarf, troll dan Leprechaun.
Adapula sebuah relik yang dianggap berharga oleh para elf. Acolus. Relik tersebut merupakan sumber kekuatan para peri. Ibaratnya relik tersebut seberharga matahari bagi manusia. Sehingga, sangat penting sekali bagi keberlangsungan hidup bangsa peri.
Intinya, ada penjahat yang ingin memiliki Acolus untuk menghancurkan bangsa manusia dan membawa para peri hidup di dunia upperground. Dan disitulah Arty melakukan segala cara untuk menggagalkan rencana jahat tersebut. Dengan menjadi tak kalah jahat dari si penjahat. Bahkan tak segan, Arty jadi menyebut dirinya sebagai Criminal Mastermind.
Gambaran ini bagai merubah saran baik Nietzsche kepada mereka para pejuang yang sedang berperang melawan monster. Arty bisa saja tidak menjadi monster. Tapi Arty lebih memilih untuk menjadi monster. Si monster licik, Arty akan lebih licik. Si monster pintar, Arty akan lebih pintar. Si monster jahat, Arty akan lebih jahat.
Disinilah kita kembali bertemu esensi manusia sebagai makhluk abu-abu. Arty menjadi monster, hanya untuk mengalahkan monster. Bukan untuk menyakiti manusia lain.
Pengadegan/scene favorit saya dari film ini adalah ketika Arty dan teman-teman melawan troll. Tidak seperti troll di Harry Potter atau di Lord of The Ring, troll di film ini terasa lebih garang, lebih tangkas, dan lebih tanggap. Sehingga, bagi saya, scene tersebut menjadi sebuah aksi serius yang berhasil membuat penonton merasa amat cemas. Visualnya sama sekali tidak mentah. Keren.
Banyak dialog dilakukan antar pemain. Favorit saya adalah dialog negosiasi yang dilakukan Mulch Diggums dengan Commander Roots. Lucu. Komikal. Menyadari hal itu, bahwasanya saya relate sama dialog tersebut, saya jadi ragu dialog tersebut bisa tercerna oleh penonton anak-anak. Sepertinya, itu akan terlalu absurd untuk mereka.
Hal menarik lain dari film ini adalah Rumah.
Long take dimana Arty mencari Bapak dari ruang ke ruang dengan latar kondisi rumah yang hancur lebur, menjadi spoiler yang cukup jelas atas kerja keras para kreatif di balik layar.
Untuk sebuah film anak-anak, Artemis Fowl terasa sangat dewasa dan artsy. Diharapkan agar lebih banyak lagi orang yang menonton film ini. Visualnya yang memukau, lafal dan intonasi para pemain yang terasa natural dan sesuai, serta dialognya yang tanpa celah, memantapkan kami dalam memberikan nilai review.
REVIEW
||||||||{{
Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia
0 komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.