The Yin Yang Master: Dream Of Eternity, Romantisme Dan Referensi Pekat Pop Culture

Maret 02, 2021


Adegan pembuka sangat biasa saja. Ada seorang anak kecil diminta oleh Gurunya untuk melatih mantra pelindung berulang-ulang. Sambil memejamkan mata dan begitu ia melek kembali, ia pun telah dewasa. Menjadi lelaki dewasa. 

Sang Guru tetap memintanya untuk berlatih mantra pelindung, namun, lelaki tersebut tetap tidak begitu menguasai mantra tersebut. Dia malah menunjukan kekuatan yang amat dia kuasai, mantra pembuka portal. 

Dari sisi visual, entah kenapa saya tidak melihat tanda-tanda cringe dari adegan pembuka tersebut. Meskipun terkesan sangat fiktif karena hal-hal yang berkaitan dengan mantra dan kekuatan gaib, namun itu terasa sangat pop culture. 
Seperti menggabungkan Doctor Strange dengan Naruto, yakni apalagi ketika Sang Guru memanggil roh penjaga dengan kertas mantra. Dan itu berhasil membuatnya menarik. 

Setelah itu, cerita beralih pada si lelaki tadi. Qing Ming. 

Sang Guru menugaskannya untuk pergi ke Timur sebab roh ular bencana mulai mengganggu dan harus segera di segel kembali oleh empat Master dari empat penjuru. Meskipun, Qing Ming masih merasa bahwa ilmunya masih sangat jauh dibanding ilmu Sang Guru, Master Yin Yang saat ini. Qing Ming malah dinobatkan oleh gurunya sebagai Master Yin Yang berikutnya. Dalam kebingungan tersebut, Qing Ming pun melakukan perjalanan ke Timur. 

Sesampainya di Timur, Qing Ming bertemu dengan ketiga master lainnya di komplek istana. 

Namun, selang sehari ia sampai, salah satu Master malah mati terbunuh, meninggalkan sebuah luka yang ganjil. Para Master pun jadi saling mencurigai satu sama lain. Sebab, He Shouyue, salah satu Master, telah membuat Mantra Pelindung sangat kuat seluas satu desa. Siluman apapun yang nekat masuk ke dalam area tersebut, harusnya akan bisa langsung ketahuan. 

Lalu, siapa yang membunuh salah satu Master? Apakah Qing Ming akan berhasil menyegel kembali ular bencana yang membahayakan itu? 

Perjalanan Qing Ming akan sangat berliku. Sebab, penceritaan benar-benar berhasil membuka kulit demi kulit rahasia yang ada di film ini. Saat penonton sudah merasa mengetahui, penonton lagi-lagi dihadapkan pada kejanggalan lain. 

Semua kejanggalan tersebut berujung pada suatu kesimpulan yang terasa amat memukau di penghujung cerita. Aksi heroik, manipulasi, hal-hal gaib, dan kisah percintaan teramu dengan apik dalam tempo perlahan dan penjabaran sabar di sepanjang penceritaan. 

Kostum, make-up dan hair do berhasil dibuat terlihat premium. Qing Ming, He Shouyue dan Boya ditampilkan dalam penampilan formal dan santainya masing-masing. Ketika mereka dalam kostum santai, dengan rambut yang terurai rapih, para lelaki ini terlihat cantik sekali. 
Sebuah sampling pop culture lain yang digunakan di film ini.

Sebab, mereka mengingatkan saya pada para elf di Lord of The Rings. Meskipun, ketika pertama kali melihat Legolas dan keluarganya, bagi orang Asia seperti saya, para elf terlihat dan terasa sangat oriental. 

Film lain, dimana efek visual menjadi sebuah bahan pamer dan menjadi sorotan utama, di film ini, efek visual hanyalah efek visual pendukung cerita. Tapi penggunaannya, mampu memberikan rasa percaya yang tinggi atas konsep “ular bencana yang berbahaya” serta “pertarungan antar siluman yang teramat jago ketika berkelahi”. 

Ada kala ketika pertempuran dilakukan di salah satu badan ular. Kilap sisik ular bisa begitu detil dan bertekstur, dan mampu membuat saya percaya bahwa sisik tersebut adalah perisai pelindung yang amat kuat. Terintegrasi sedemikian rupa pada tubuh Musuh Utama dan menjadikannya agak sulit dikalahkan karena mendapatkan kekuatan sisik perisai tersebut. 

Bagi saya, film ini memberikan pengalaman lain ketika menontonnya. Apalagi, meskipun akhirnya membahagiakan, entah bagaimana dapat menyisakan ampas pahit yang tetap mengganjal. 


REVIEW 

|||||||||{

Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia


Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.