Malcom & Marie, Perihal Relasi Sepasang Kekasih Dalam Balutan Tone Black and White

Februari 11, 2021

Berapa banyak film dengan tone black and white yang bisa kita tonton saat ini? Satu. Judulnya Malcolm & Marie. 


Bukan. Ini bukan film roman picisan. Tidak ada romansa di film ini. Maksudnya, bukan tujuan utamanya. Sekalipun poster filmnya memang terlihat sensual. 

Bahkan dari awal filmnya mulai, penonton langsung dibuat tidak nyaman dengan gesture awkward diantara karakternya. 

Percakapan dimulai dengan Malcom yang sangat cerewet mengomentari kejadian yang baru saja ia alami bersama Marie. Banyak monolog dilontarkan. Bukan saja hanya oleh Malcom. Tapi juga oleh Marie. 

Lama-kelamaan penonton bisa menebak pola babak demi babak yang dimainkan bergantian oleh keduanya. 

Lokasi, waktu, peristiwa, dan pendukung cerita lainnya kumpul menjadi satu didongengkan secara verbal oleh kedua karakter tersebut. Disitulah letak beda gaya penceritaannya. 

Banyak lagu-lagu soulful yang diputar, yang digunakan selain sebagai jembatan antar babak, juga sebagai pendukung emosi per babak yang dimainkan. 

Dari berbagai rasa yang dilontarkan dari setiap percakapan. Favorit saya pribadi adalah ketika Malcom menyatakan rasa cintanya pada Marie. Sambil nangis. Karena, rasa cinta Malcom bercampur dengan berbagai buncahan kekesalan atas sikap Marie. Disini, Malcom keren banget. 

Adegan yang tidak terlalu saya sukai adalah, adegan ketika Malcom makan. Sangat terlihat sedang acting. Kurang natural. Meskipun kalau saya ditanya yang natural itu seperti apa, saya pun tidak bisa menjawabnya. Saya tidak tahu. 

Marie sendiri berhasil memukau penonton, meski blocking-nya sedang membelakangi kamera. 

Dia sedang melakukan urusannya sambil melontarkan satu dua kata yang memberikan suntikan positif ke Malcom. Marie terasa sangat mampu "memegang" Malcom. 

Tapi, jangan biarkan saya melihat Marie mengatakan "aw so sweet" lagi.  Itu bagai terasa tidak terlalu cocok. 

Menonton film ini sedikit mengingatkan saya dengan pertengkaran rumah tangga ala drama Korea When I Was The Most Beautiful. 

Meh! Saya tidak akan membandingkan keduanya. Karena keduanya telah mampu memberikan pengalaman berbeda atas relasi love-hate antar manusia. Terlebih, untuk adegan penghabisan, Malcom & Marie sangat berhasil menyimpulkan definisi tersebut. 

Film ini, terasa sangat iconic. Bukan atas alasan warna tone yang digunakan. Tapi, dari awal hingga akhir, film ini penuh dengan shot-shot (dilengkapi dengan mimik dan gesture) yang eksploratif. 

Sebagai info tambahan, film ini dibuat dengan budget sebesar 2,5 juta dolar. Pengambilan gambar dilakukan di lokasi rahasia selama Juni-Juli 2020, dimana, pemeran Marie juga bertindak sebagai produser. 


REVIEW 

||||||||{{

Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.