Terbaru, American Pie Girls Rules, Tetap Menyenangkan Dengan Plot Yang Ngetwist Template Lama
Oktober 11, 2020Pasti setuju. Masa SMA adalah masa yang paling berkesan selama perjalanan hidup kita.
Keseruan itu yang selalu hadir dan saya dapatkan dari seri film American Pie, yang ternyata juga meluncurkan seri barunya di tahun ini. Dengan lebih berani mengedepankan unsur emansipasi, tahun ini mereka memberi judul seri ini American Pie Girl’s Rules.
Cerita berputar di empat sekawan geng cewek yang sedang mengalami krisis percintaan. Mereka ingin mendapatkan pria tambatan hati yang tepat.
Ada Annie yang tipe pelajar biasa gak neko-neko. Ada Kayla si cewek cuek, doyan ngopi. Ada Michelle penyuka ekskul debat dan JFK. Ada Stif yang atletis-muscular dan frontal.
Di obrolan mereka di sebuah outdoor party night, mereka saling memberikan masukan mengenai jenis pria seperti apa yang kiranya sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing, dan disepakati untuk melakukan pencarian percintaan hingga batas waktu yang ditentukan, yakni MORP night. PROM night.
Keesokan harinya di sekolah, mereka pun bingung, karena ketika menilik kembali isi sekolah, ternyata tidak banyak lelaki yang kiranya masuk radar dari jenis-jenis pria yang dimaksud dalam obrolan. Sehingga, mereka pun akan bekerja lebih keras untuk nyeleksi para cowok di East Great Falls.
Dari sisi cerita, bagi saya American Pie selalu menyenangkan. Film ini memang bukanlah film berat yang perlu pemikiran gimana-gimana ketika menontonnya. Sangat mudah diejawantahkan.
Teknik penceritaan sangat menarik. Adegan berubah dengan cepat sehingga sama sekali tidak bikin bosan. Dialognya pun sangat sehari-hari, namun terasa segar. Banyak pesan moral yang diselipkan namun, karena berasal dari tampilan yang “asik”, sama sekali tidak terkesan menggurui.
Karakter keempat cewek tersebut sangat menarik. Terutama karakter Michelle. Dia merupakan yang termasuk non-kulit-putih, namun memiliki kepercayaan diri tinggi dan kepribadian yang menyenangkan. Saya kira siapapun akan terinspirasi dengan pembawaan kepribadiannya.
Meski saya hanya membahas karakter Michelle. Ketiga karakter lainnya pun sangat kuat walau pembawaanya di dalam film tersebut terasa sangat natural dan dekat dengan keseharian kita. Hal itu membuat saya sadar bahwa mereka berempat merupakan aktris yang berperan dengan baik.
Tipikal film SMA Amerika dengan Indonesia memang berbeda. Film remaja Indonesia bisa terbilang memiliki masalah-masalah hidup yang lebih pelik. Apakah karena ingin lebih mendekati realitas hidup?
Meski demikian, kesulitan kesulitan tersebut ada baiknya digeser sebentar dengan sesuatu yang lebih fresh, segar, dan lebih membuat bahagia. Semacam konten senang-senang, dan untuk hal itu, seri American Pie satu ini ada baiknya jangan dilewatkan.
Untuk penonton yang umurnya sudah lewat, saya tetap rekomendasikan film ini sebagai sarana untuk bernostalgia kembali pada masa-masa SMA dulu. Kiranya, melakukan hal seperti itu sekali-kali tidak masalah, masih sangat bisa dimaklumi.
Tapi ada culture shock.
Ada hal yang berbeda dengan kebiasaan bermasyarakat di Indonesia. Ketika menontonnya, saya ingin agar bisa menyikapinya dengan lebih dewasa, lebih bijaksana. Biar bagaimanapun, film lagi-lagi, hanyalah sebuah film. Ada kalanya juga tidak perlu direspon secara berlebihan. Ataukah, sebenarnya remaja kita juga dekat dengan universe-nya film ini. Sejauh manakah? Sejauh itukah?
Sudahlah, mari kita kembali saja ke geng cewek di film ini. Saya sangat menyukai Butterfly Effect yang terjadi di dalamnya. Bahwa cinta platonik itu ternyata bisa juga terjadi bahkan pada pribadi terkeras sekalipun. Asalkan kau mau mendengarkan dirimu kembali, menyadarinya dan mengakuinya. Sebab, tidak ada salahnya mengakui kebenaran yang terjadi. Mungkin itu akan membawa kita ke level kebahagiaan yang lain.
Ah, ataukah itu hanya perasaan saya saja ya. Maksud saya, apabila semuanya berkepala panas, dan berego tinggi, tidak mungkin mereka bisa bersahabat dengan erat seperti itu.
Mereka benar-benar memberikan ruang diskusi untuk segala permasalah yang terjadi pada diri mereka dan sahabat-sahabatnya. Penggambaran mereka ini, sangat mengedukasi para remaja mengenai bagaimana cara bersikap dan menghadapi masalah yang ada.
Belum tentu masalah yang mereka pikirkan memang sebesar itu. Siapa tahu, temanmu bisa melihat cara lain dalam menghadapinya, dan itu membuat masalah besar tersebut menjadi lebih mudah diselesaikan.
Review
||||||{{{{
Anda telah membaca artikel dari Anonum Indonesia.
0 komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.