Halloween Sudah Terasa, Dan Itu Mengingatkan Pada The Autopsy Of Jane Doe

Oktober 10, 2020

Suasana Halloween sudah terasa mulai pekat. Dan itu membuat saya teringat kembali dengan sebuah film yang pernah saya tonton ini. 


Film dibuka dengan sebuah scene di sebuah rumah yang dipenuhi polisi daerah. Rumah tersebut tidak terletak di wilayah urban. Itu membuat saya cukup bertanya-tanya di awal, ada kejadian apa nih sehingga sebuah rumah di penuhi polisi. 

Mengapa rumah jauh dari mana mana tersebut bisa bertabur jasad seperti itu? Apakah ada kejadian kriminal ala gangster berbahaya yang mengganggu perdamaian di wilayah tersebut? Adakah polisi dan pejabat penting terlibat di dalamnya.

Dari sekian banyak jasad, terlihat ada satu jasad antik yang membuat si Pak Polisi penasaran, sehingga di bawalah mayat antik tersebut ke tempat otopsi rekanan polisi.

Disitulah cerita kita ini, benar-benar dimulai.

Mungkin, untuk mereka yang menyukai adegan aksi tembak-menembak akan bosan menonton film ini. Perlu mental lebih untuk bertahan mengikuti segala dialog dan penjelasan yang dipaparkan. Apa yang dilakukan pengotopsi pada mayat untuk identifikasi/penanda. Apa yang dilakukan pengotopsi ketika menemukan ini dan itu.

Cerita mengenai jasad yang di otopsi sebenarnya tidak menarik. Maksudnya, dia sudah meninggal. Lalu, apalagi yang masih tersisa dan bisa diceritakan dari sebuah subjek yang sudah selesai ini/sudah tidak ada lagi hubungannya dengan dunia?

Jadi biarkanlah saya menceritakan mengenai sosok pengotopsi kita.

Pengotopsi yang diceritakan adalah seorang Bapak tua yang hidup hanya dengan anak lelaki satu-satunya. Diceritakan pula bahwa tempat pengotopsi ini ternyata sebuah bisnis turun-temurun, yang juga memunculkan konflik bisnis turun-temurun sebagaimana pada umumnya. Anak ini terjebak antara pergi meninggalkan Bapak yang ia kasihi, atau ia ikut meneruskan bisnis turun-temurun tersebut.

Meski demikian, dia tetap bertahan menemani Bapaknya ketika otopsi mulai berlangsung. Menjadi kawan bicara satu-satunya yang Bapaknya miliki. Menjadi tempat Bapaknya untuk transfer ilmu dan segala pengalaman teknis yang dimilikinya, dalam harapan agar kelak ketika anaknya melanjutkan tugas mulia tersebut, dia bisa melaksanakannya dengan baik.



Sebenarnya, ketika mengotopsi jasad ini, ada beberapa kejanggalan yang kita, para penonton, secara visual dibuat sangat “sadar” akan hal tersebut. Namun, ingat ini. Bapak sudah sangat lama “mengolah” jasad. Dia sudah sangat terbiasa. Sekalipun dengan hal-hal yang tidak biasa.

Sangat teknis. Apabila ada yang jatuh, jongkok dan ambil kembali. Bila ada yang terbuka, dekati dan tutup kembali. Bila siaran radio berubah frekuensi, putar kembali ke frekuensi radio langganan. Bukan sebuah hal yang aneh sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi.

Sang anak lalu ingat bahwa dia sedang ada janji dengan pacarnya dan dia memberitahukan hal tersebut pada Bapak.

Sejujurnya, setelah mengikuti dari awal pembedahan jasad antik ini, ia penasaran juga dan ingin ada di sana ketika otopsi berlangsung. Ia mengatakan pada Bapak bahwa hari sudah mulai larut, dan ada baiknya otopsi dilanjutkan esok hari. Sang Anak pun keluar panggung.

Namun, sebagaimana saya yang sedang asik menuliskan baris kalimat ini, atau para ilustrator digital yang sedang asik menggambar, Bapak pun masih asik “ngulik” si jasad antik, karena penasaran atas apa yang menjadi penyebab kematiannya.

Tak disangka, di luar rumah Sang Anak menemukan bahwa terjadi hujan deras dan dia berusaha menelepon pacarnya. Mau-tak-mau, Sang Anak pun masuk kembali ke dalam rumah dan melanjutkan menemani Bapak hingga cerita film berakhir.

Film ditutup dengan scene yang sama dengan scene pembuka di awal. Ada sebuah rumah yang dipenuhi polisi. Pak Polisi penasaran kenapa bisa rumah tersebut bertabur jasad. Namun, dari sekian banyak jasad, dia melihat ada satu jasad antik yang menarik perhatian.

Untuk mengetauhi penyebab kematiannya, mau-tidak-mau jasad ini akan dikirimkan ke sebuah tempat otopsi di luar kota.




SKOR

⍟⍟⍟⍟⍟⍟⍟⍟ ⋆ ⋆



Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia

Mungkin Disukai

0 komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.