Manifesto V: Arus, Batu Penanda Perkembangan Jaman Dalam Seni Rupa

Mei 22, 2016

Gigih Wiyono
Ibu di Tanah Marah

NB: In Indonesia, the title is a playing word.
_Merah_ is Red and _Marah_ is Angry.
Red is usualy become an angry color.
Instead of saying Ibu_di_Tanah_Merah (Mom in Red Land),
which we all see red was all over it,
he titled this painting with present title.

---

Tirtarubi
Something Remains

---

Eddie Hara
Postcards from The Alps Series

---

Eddie Hara
We do not Belong to This High Fuckin' Art Society

---

Yani Mariani Siregar
Bersemi di Langit Raya

---

Asmudjo J Irianto
Untitled

---

Entang Wiharso
Reclaim Paradise: Pradise Lost

---

___

---

___

---

___

---

Manifesto V: Arus mempersoalkan arus seni rupa di atas moralitas. Yakni, saat ekspresi seni dihayati sebagai ungkapan moral etika.

“Kita tak lagi bicara tentang seseorang atau sekelompok orang secara tertentu karena di era transparansi realitas digital dan virtual saat ini segala hal yang sosial adalah juga yang bersifat personal, dan juga sebaliknya."

"Kini, tak lagi mudah menemukan sejatinya nilai seseorang diantara kelimun. Masa kini adalah keadaan dimana arus ekspresi kecenderungan nurani, mendapat tantangan hebat dari arus dorongan kecenderungan naluri. Seni sejatinya mengenal dan memahami keadaan ini,” ungkap Rizki.

“Manifestasi arus seni rupa yang dimaksud kini adalah dukungan dan sikap pembelaan terhadap nilai penting dan mulia ihwal kebenaran―dan itu bukan ‘kebenaran’ yang mengandung kepentingan, meresap di berbagai bentuk pengalaman interaksi hidup dan sikap penghargaan pada lingkungan hidup."

"Meski tak jadi mudah dan sederhana, Manifesto Arus Seni Rupa kini hendak menunjukkan sikap dan pendirian di balik ekspresi karya-karya seni demi memperjuangkan makna hidup yang lebih berarti dan berfaedah bagi keutamaan nilai kemanusiaan,” tambah Rizki lagi.

Di lain pihak...

Pengunjung juga bebas untuk mengeksplorasi dan memeriksa hubungan antara tampilan visual karya-karya dalam pameran, dengan reaksi konseptual terhadap perubahan tanda jaman di masa lalu dan masa kini. 

Misalnya, pada Lukisan 'Menjadi Indonesia' yang merangkum peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia, yang membentuk Indonesia menjadi seperti sekarang ini. Terdapat metafora dan simbol implisit yang menyisakan ruang cukup untuk bisa diinterpretasikan secara bebas.

Begitu pula dengan 'Refleksi dan Pilar-pilar Busway' yang menggambarkan kemajuan pesat urbanisasi - dilambangkan dengan pantulan cahaya dan bayangan seperti yang terekam di lukisan tersebut.


Exhibition established in Galeri Nasional Indonesia at May 4th - 30th 2016.

Curator: Asikin Hasan, Rizki A Zaelani

Artist List: Agus Suwage, Anusapati, Arahmaini, Asmudjo J Irianto, Diyanto, Eddie Hara, Entang Wiharso, F Sigit Santoso, Gigih Wiyono, Hanafi, Haris Purnomo, Hafiz Rancajale, Heri Dono, Isa Perkasa, Ivan Hariyanto, Ivan Sagita, Jatiwangi Art Factory (JAF), Jong Merdeka, Keobeo Sarawan, Krisna Murti, Made Djirna, Made Wianta, Mella Jaarsma, Meolyono, Nasirun, Nindityo Adipurnomo, Nyoman Erawan, Oscar Motuloh, Putu Sutawijaya, Ronald Manullang, Teguh Ostenrik, Tisna Sanjaya, Tirtarubi, Ugo Untoro, Yani Mariani Siregar.


Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia

Mungkin Disukai

0 komentar