Film ini dibuka dengan sebuah pesta malam launching patung-patung baru buatan Gambir. Namun, ditengah-tengah pesta, Gambir malah keluar aula utama dan jadi mencuri dengar sekelompok orang yang lagi berkomentar jelek atas kesuksesan patung buatannya.
Dari sana, dia pergi ke luar dan kemudian terjadilah sebuah dialog dengan istrinya yang cantik. Nuansa seketika berubah, dari yang senang-senang menjadi misterius. Seperti ada hal yang mereka berdua rahasiakan dari publik tentang patung-patung yang mereka jual.
Scene favorit saya adalah pertama, potongan klip adegan ketika Gambir mengejar anak kecil yang berujung di sebuah pasar dan ketemu nenek-nenek. Kedua, pengambilan gambar di tangga berputar. Menurut saya, di sana sangat terlihat kreativitas filmmaker dalam hal penempatan dan kesinambungan latar.
Lokasi film yang jarang tersentuh/bukan lokasi aktivitas sehari-hari, membuat film ini terasa agak utopis, in a good way. Percaya atau tidak, film ini menggunakan lokasi-lokasi yang terletak di Jakarta. Diantaranya lokasi galeri dan lokasi tempat rahasia. Jakarta tempo dulu sebelum ia terlalu urban. Sebuah kawasan old town, yang juga menjadi lokasi wisata warga lokal.
Ini menjadikan Pintu Terlarang terasa dekat dengan saya sebagai penduduk lokal.
Sebagai film yang di buka dengan sangat mewah, ternyata film ini menyoroti isu mental healthy jauh sebelum dia terlalu booming kayak sekarang. Di tahun 2009, yang orang Indonesia miliki adalah sebuah perubahan politik dimana adanya pergantian Presiden.
Pada saat itu, masyarakatnya masih merasa mental healthy disebabkan karena mereka kurang kuat iman dan menuduh si penderita sebagai orang yang terlalu lebay (too emotional). Sehingga yang mereka lakukan adalah, mendorong agar si penderita menjadi lebih banyak melakukan ritual keagamaan.
Lalu rilislah film ini yang kurang lebih memberikan gambaran atas bagaimana pikiran menjadi terdampak sangat parah sebagai respon bertahan dari rangsangan berulang yang juga sangat parah.
Selain itu, assembly character juga terasa sangat natural. Semua, dengan karakater kuatnya masing-masing. Favorit saya adalah, dialognya yang terasa sangat Indonesia. Bagaimana orang Indonesia ngomong, ya kurang lebih bahasanya seperti ini. Tetap dengan sisipan kata makian di sana-sini yang membuatnya makin lezat.
Meskipun, dari intonasi terasa tidak begitu. Mungkin di sesuaikan dengan dunia film, suara selalu bernada lebih tinggi di beberapa bagian. Terdengar seperti selalu excited.
Hal ini berbanding terbalik dengan waktu ketika Gambir membalas "i love you too" ke istrinya, yang entah kenapa, suaranya selalu samar, kurang jelas. Apakah ini memang disengaja, atau bagaimana saya tidak tahu.
Endingnya sangat tidak ketebak. Saya kira film ini hanya misterius saja, dengan klimaks cerita di adegan makan malam bersama keluarga dan sahabat. Tapi dari sana, ternyata masih ada twist lagi atas semua remah-remah info yang bertebaran.
Yang pasti film ini juga masuk ke dalam rangkaian universe si sutradara (#universesisutradara). Dimana, di ujung akhir, terdapat spoiler untuk film berikutnya.
REVIEW
||||||||{{
Anda telah membaca artikel Anonum Indonesia
#KeepUsUp melalui Sprinkle
- Januari 21, 2021
- 0 Comments