- April 19, 2022
- 0 Comments
So belakangan ini Macbeth diangkat lagi dengan visual yang terlihat lebih "mudah" dalam The Tragedy of Macbeth. And sh*t... Denzel on it! Gw rasa gw gak perlu menceritakan dengan lengkap mengenai tragedi yang terkenal ini. I mean, this is Shakespeare. Basis cerita yang sangat kuat dimana semua orang (aktor) sudah pasti hapal dengan setiap baitnya, sehingga bagaimanapun sutradara menggarapnya, hasilnya bakal bagus-bagus saja. Pun dengan para pemainnya. Tapi, bukannya tanpa kendala. Gw rasa semua memiliki kendalanya masing-masing. Untuk versi Macbeth yang ini, saya malah ingin menyoroti sisi angle dan desain. Sebab, selain banyak melakukan shot secara indoor, hasil jadi filmnya pun monokrom. Bagaimana menjadikannya tetap menarik adalah sebuah semangat yang mereka bawa ketika menggarapnya.
Selengkapnya...
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 19, 2022
- 0 Comments
2020, tahun Corona. Visual menunjukan jalanan yang sepi dan toko-toko yang diharuskan tutup lebih cepat. Suasana gelap, sepi dan dingin (ditunjukan dengan baju panjang yang digunakan), bagai gambaran dari keadaan hati Sato.
Adegan pembuka berlatar tahun 2020, yang kemudian cerita membawa kita mundur. Pertama ke tahun 2015, lalu ke 2011, 2008, 2000, 1999, 1998, 1997, 1995. Sepanjang tahun-tahun tersebut terdapat momen-momen bahagia dalam kehidupan Sato. Lalu, kalau hidupnya bahagia, kenapa hatinya bisa berakhir seperti saat ini?
Epilog membawa kita kembali ke tahun 2020. Bagaimana dia berada di lokasi pada adegan pembuka. Apa yang dilakukannya kemudian. Dan apa yang ditemukannya kemudian setelah puluhan tahun berlalu di sudut-sudut kota itu.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 14, 2022
- 0 Comments
Film ini terlihat mudah. Latarnya mudah. Kegiatannya mudah. Dialognya mudah. Tapi sepanjang berjalannya waktu, ketidakmudahannya semakin terasa.
Cerita dibuka dengan kegiatan yang jaman sekarang banget. Video meeting. Kemudian dia berpindah mengikuti kegiatan Angela yang bekerja di perusahaan teknologi rintisan dari rumah.
Film ini mengangkat sebutan agorafobia, yang menurut gw kurang dibahas secara gamblang. Angela diceritakan tidak pernah keluar rumah. Namun, visualnya memberikan kesan berbeda ketika menceritakan Angela yang tiba-tiba harus commute ke kantor.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 14, 2022
- 0 Comments
Ini bukan film modern. Tapi bagaimanapun, seperti cerita lain mengenai dunia anak muda, film ini juga memiliki rasa eerie-nya sendiri. Dia berbeda karena semua aktornya tidak glamed-up. Dia juga berbeda karena penggunaan bahasa formal untuk berdialog. Mengecoh. Pemeran utama sebenarnya adalah wanita.
Secara konstan, saya terus mengumpat ketika menonton "anjxxx! kampung banget!", "najxs!". Semuanya. Nama-nama karakternya, tampilannya, latar lokasinya, situasinya, isi dialognya. Tapi menontonnya hingga akhir, berhasil membuat gw jadi salah satu fans dari film ini. Keren! Yang tadinya saya mengumpat, akhirnya saya malah mesem-mesem sendiri.
Diangkat dari novel, wujud film ini adalah semua hal yang dibutuhkan oleh mereka para jiwa absurd. Gw suka rasa "raw" yang disuguhkan. Dia terasa seperti gabungan tahu, tempe, kerupuk. Sederhana, familiar, kaya protein, penuh tekstur, dan mengenyangkan.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 10, 2022
- 0 Comments
Anak muda itu halu abis, penuh energi dan mudah terpengaruh.
Sebutlah ada seorang anak muda, tak lagi remaja, tapi masih meluap-luap dan butuh pelampiasan. Setiap orang yang bertemu muka dengannya menjadi objek pelampiasannya. Disini kita sengaja dibuat bertanya-tanya atas kelakuannya yang merusak itu. Yang pasti, dari perspektif "orang dewasa", kelakuan yang seperti itu dicap kekanak-kanakan.
Mengikuti cerita film ini, kita juga akan melihat bagaimana sebuah pengaruh kuat kemudian diadaptasi dan akhirnya berasimilasi. Melihatnya dari "sisi luar", bagi gw itu terasa mengagetkan dan menakutkan. Seperti tiba-tiba saklarnya nyala, padahal sebelumnya kita gak pernah menyadari akan adanya saklar tersebut.
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 10, 2022
- 0 Comments
Valhalla itu adalah sebutan surga bagi orang Viking. Secara keseluruhan, bagi gw, cerita mengenai bangsa Viking itu menarik dan aneh sekali. Mereka kuat. Baik dari sisi jasmani maupun dari sisi mistis. Agama yang mereka anut adalah Pagan. Dan dari situlah semua masalah bermula.
Di kisah ini, penguasa Inggris digambarkan sebagai pihak yang sangat membenci bangsa Viking. Dan karena kebencian yang sedemikian rupa ini, Inggris mengatasnamakan agama, yakni Katolik untuk membuat rakyatnya anti bangsa Viking. Bahkan hasutan ini juga mempengaruhi bangsa Viking imigran yang tinggal di Inggris dan menjadi penganut Katolik, jadi ikutan membenci Viking yang masih Pagan.
Kisah ini membuatmu kembali sadar bahwa pengaruh agama yang kuat, harusnya jangan sampai membuatmu civil war dengan saudara satu sukumu sendiri. Disini, sulitnya memilih "sikap". Antara membela tempat dimana kamu tinggal atau asal-usulmu. Kiranya, kalau pilihan ini di depan lo, yang mana yang akan lo pilih?
Anda membaca Anonum Indonesia
- April 08, 2022
- 0 Comments